Senin, 10 Oktober 2011

Di Gunung Kidul, Belalang Pun Jadi Kuliner Memikat

Belalang yang banyak dijual di pinggir jalan kawasan hutan rakyat di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, banyak disukai wisatawan.
"Biasanya pada Sabtu dan Minggu, banyak wisatawan dalam perjalanan pulang dari objek wisata mampir membeli belalang di tempat kami," kata salah seorang pencari dan penjual belalang asal Kecamatan Semanu, Tugimin,Menurut dia, wisatawan yang membeli belalang biasanya berasal dari Yogyakarta, Semarang, Solo, dan bahkan Jakarta. Belalang yang biasanya hinggap di pucuk pohon jati maupun akasia itu, banyak terdapat di kawasan hutan rakyat di Gunung Kidul.


Wisatawan ke Gunung Kidul biasanya mengunjungi Pantai Baron, Pantai Kukup, Pantai Krakal, maupun objek wisata lainnya. Ketika pulang, di antara mereka banyak yang singgah atau berhenti di pinggir jalan kawasan hutan rakyat untuk membeli belalang. Tugimin mengatakan harga belalangnya Rp 25.000 setiap 150 ekor. Saat masa liburan seperti sekarang, termasuk libur akhir pekan, ia bisa memperoleh hasil penjualan belalang rata-rata Rp 50.000 per hari. Pada hari-hari biasa jarang ada pembeli, sehingga banyak pencari belalang yang tidak berjualan. "Apalagi saat ini sulit untuk mendapatkan belalang, karena populasinya sedikit," kata Tugimin. Di pinggir jalan kawasan hutan rakyat di daerah itu biasanya terdapat 15 orang penjual belalang. Mereka sebagian besar telah berjualan belalang sejak lama. Para pedagang berjualan belalang hingga sore hari. Pada saat libur akhir pekan biasanya mereka pulang siang hari, karena dagangan laku lebih cepat ketimbang hari biasa. 

Sumber gambar : http://static.republika.co.id/uploads/images/headline/penjual-belalang-di-pinggiran-jalan-gunung-kidul-yogyakarta-_110626102043-389.jpg Sumber artikel : www.republika.co.id

Read More..

Selasa, 31 Mei 2011

Kerajinan Limbah Bonggol Jagung

Selain dikenal sebagai kota hujan, Bogor merupakan kabupaten yang populer dengan beragam jenis produk asinannya. Mulai dari asinan buah, asinan sayur, sampai asinan jagung dapat Anda temukan di kota tersebut. Potensi inilah yang dimanfaatkan Eddie Juandi seorang pengrajin dari kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bila masyarakat lainnya memanfaatkan asinan bogor sebagai peluang bisnis, lelaki paruh baya ini memanfaatkan limbah bonggol jagung yang diperolehnya dari sisa pembuatan asinan untuk memproduksi aneka macam kerajinan cantik.
 
Memiliki latar belakang sebagai pengrajin aneka kerajinan kayu, mendorong Eddie untuk berinovasi dengan menggunakan bahan-bahan lain. Melihat saat ini isu global warming sedang ramai dibicarakan masyarakat, hati Eddie pun tergerak untuk berinisiatif memanfaatkan limbah organik sebagai bahan baku utamanya dalam memproduksi beragam kerajinan. Sebab selain ramah lingkungan, limbah organik seperti bonggol jagung sangat mudah didapatkan di daerah Bogor. Sehingga Eddie tidak pernah kesulitan mendapatkan persediaan bahan baku untuk memproduksi karya-karyanya.

Read More..

Produk Kerajinan Unik Paralon Bakar

Paralon bekas yang tidak bernilai ternyata bisa dikreasikan menjadi produk kerajinan unik yang menghasilkan guratan-guratan alami seperti pada serat kayu. Adalah Ilham Wirahadikusumah, lelaki yang tinggal di daerah Cibolang, Cisaat, Sukabumi, Jawa Barat ini berhasil menemukan teknik baru untuk mempercantik tampilan paralon atau pipa bekas menjadi beragam produk kerajinan. Jika biasanya pipa plastik memiliki warna dasar putih atau abu-abu, di tangan Ilham paralon bekas dibakar dengan suhu tertentu sehingga menghasilkan guratan-guratan alami yang sangat mirip dengan serat kayu.

Penemuan tersebut ditemukan Ilham pada tahun 2003 secara tidak sengaja. Dulunya mantan kontraktor ini menekuni bisnis kerajinan kayu, namun seiring perkembangan waktu persediaan kayu semakin sulit di dapat. Sehingga Ia berinisiatif untuk mencoba beberapa bahan selain kayu untuk dijadikan produk kerajinan, dan dari sekian banyak percobaan yang dilakukan akhirnya Ia memilih paralon sebagai pengganti kayu. Sebab, guratan-guratan yang muncul dari paralon bakar sangatlah mirip dengan serat alami pada kayu.

Read More..

Pelopor Franchise Pecel Lele yang Naik Daun

Menu pecel lele tentunya sudah sangat merakyat di berbagai daerah, mulai dari kalangan menengah keatas hingga masyarakat bawah menyukainya sebagai salah satu menu andalan ketika mereka menikmati sajian kuliner di warung-warung tenda kaki lima. Melihat permintaan pasar yang begitu besar, Rangga Umara seorang lelaki di Bandung mencoba masuk ke tengah persaingan bisnis yang cukup ketat dengan menawarkan inovasi baru dalam menyajikan pecel lele.

Info produk

Jika biasanya para pedagang kaki lima atau warung-warung pecel lele hanya menawarkan menu standar berupa lele goreng atau bakar yang dilengkapi sambal serta lalapan. Rangga mencoba mengangkat pecel lele sebagai menu makanan restoran berkelas dengan mengkreasikannya menjadi berbagai variasi menu pilihan olahan lele. Misalnya saja seperti lele goreng tepung, lele saus padang, lele fillet lada hitam, lele fillet goreng tepung, lele fillet kuah tom yam, serta lele original yang biasa disajikan para pedagang kaki lima.

Read More..

Kerajinan Daur Ulang Kaleng Bekas

Jika biasanya keberadaan kaleng bekas hanya menjadi tumpukan sampah di setiap rumah, seorang ibu rumah tangga yang memiliki nama lengkap Lani Cahyaningsari berhasil mendaur ulang sampah kaleng menjadi beragam jenis kerajinan unik yang bernilai jual cukup tinggi.

Memanfaatkan beragam kaleng bekas dari kemasan susu kental manis, susu formula, kaleng kemasan biscuit, kaleng bekas cat, serta drum-drum bekas, Lani membuka bisnis kerajinan daur ulang di tahun 2000 dengan nama “Kaleng Lani”. Ibu tiga anak ini menyulap tumpukan kaleng bekas yang ada di sekitarnya menjadi produk kerajinan yang sangat cantik dengan warna-warna yang begitu menarik. Misalnya saja seperti produk celengan, tempat pensil, kotak CD, kotak majalah, kotak tisu, lampu, jam, kotak surat, meja belajar, kaleng kerupuk, drum tempat sampah, serta masih banyak lagi inovasi-inovasi baru yang diciptakan Lani.
Bertempat di galerinya yang ada di Jl. Raya Cilandak KKO No.2 Kampung Kandang, Jakarta Selatan, Lani memproduksi beragam kerajinan kreatif daur ulang limbah kaleng dengan ciri khas warna-warni yang cerah dan pilihan gambar yang sangat menarik.

Read More..

Industri Kreatif Miniatur Gerobak

Memiliki sebuah hobi ternyata tidak hanya menyenangkan, namun juga bisa menguntungkan. Seperti yang dilakukan Syumeiraty Rashando atau akrab dipanggil Yoyong, hobi mengoleksi segala pernak-pernik miniatur,  yang kemudian ia jadikan peluang usaha dengan keuntungan besar.

Memiliki hobi mengoleksi berbagai kerajinan dengan ukuran mini, membuat Yoyong tertarik untuk mencoba membuat berbagai miniatur gerobak yang sering ditemuinya di Indonesia. Gerobak siomay, gerobak bakso, gerobak bubur ayam, pedagang ketoprak, nasi goreng, gerobak sayur, serta gerobak martabak, semuanya merupakan inspirasi tersendiri bagi dirinya.
Ia membuat bagian demi bagian secara detil,lengkap dengan seluruh pernak-perniknya, dan inilah yang membuat banyak konsumen takjub dan terpesona ketika pertama kali melihat hasil kreasi ibu dua orang anak ini.

Read More..

Kerajinan Unik Terbuat dari Benang

Dengan sentuhan kreatifitas ternyata sesuatu yang tidak berharga bisa diubah menjadi produk baru yang luar biasa. Inilah sedikit gambaran yang bisa mewakili kesuksesan Zahwa Kemilau Handycraft, dalam mendapati kesuksesannya.
Mengawali peruntungannya di tahun 2005, dengan memproduksi tudung saji. Sepasang suami istri, Ariyanto dan Nina Yulianti yang bermukim di Pamulang, Ciputat. Berhasil mengembangkan bisnis kerajinannya, dengan menciptakan inovasi baru lampion benang pada tahun 2008.
Benang-benang yang biasanya hanya digunakan untuk menjahit baju, kini bisa diubah menjadi kerajinan lampion yang cantik, dengan beragam warna dan bentuk yang menarik. Mulai dari lampion standar dengan bentuk bulat, lampion berbentuk boneka salju, lampion bunga, serta lampion serangga (seperti : kupu-kupu, capung, dan lebah).
Kecantikan beragam warna benang yang digunakan Nina dan suaminya dalam membuat lampion, akan semakin terlihat ketika ditambahkan lampu pada lampion tersebut. Karena guratan serat yang dihasilkan dari tumpukan benang, akan semakin terlihat saat terkena cahaya dari lampu. Bisa Anda bayangkan bukan, betapa cantiknya lampion tersebut bila dimanfaatkan sebagai penghias ruangan?

Read More..

Makanan Sehat Serba Ubi

produk olahan ubi
Jika selama ini keberadaan ubi jalar sering dianggap sebagai makanan ndeso yang rasanya kurang nikmat. Di restoran sweet purple ubi berhasil disulap menjadi berbagai macam variasi makanan lezat yang dikemas dengan tampilan unik dan jauh dari kata ndeso. Inovasi baru ini mulai dikenalkan Adi Kharisma sejak tahun 2006 silam di Denpasar Bali, hingga akhirnya merambah ke Jakarta pada tahun 2008.

Melimpahnya potensi ubi jalar di berbagai daerah dan tingginya kandungan gizi yang terdapat dalam ubi, membuat lelaki paruh baya ini tertarik untuk mengolah produk pangan lokal tersebut
sebagai menu andalan di restoran miliknya. Dengan mengusung nama Sweet Purple, Adi memanjakan konsumennya dengan berbagai makanan sehat serba ubi, mulai dari nasi ubi, sate ubi, burger ubi, roti ubi, ice cream ubi, juice ubi, brownies ubi, bolu, pie, serta beberapa menu lainnya yang semuanya berbahan dasar ubi.

Read More..

Hadirnya Inovasi Baru Rendang Kemasan

“Berawal dari kebiasaan, akhirnya berubah menjadi peluang.” Inilah yang menjadi awal cerita hadirnya inovasi baru rendang kemasan Uni Farah yang kini mulai dikenal luas oleh para konsumen.
Bila selama ini kita hanya mengetahui rendang sebagai salah satu menu andalan di berbagai restoran padang yang menjamur di seluruh pelosok nusantara. Reno Andam menawarkan sebuah inovasi baru yang belum pernah terpikirkan oleh pelaku bisnis lainnnya. Yaitu rendang padang dalam kemasan kedap udara (vacuum packed). 
Tidak seperti rendang basah lainnya yang tak bisa bertahan lama, rendang Uni Farah dapat bertahan hingga berbulan-bulan lamanya tanpa tambahan bahan pengawet sedikitpun. Inovasi ini mulai dikenalkan Andam ke pasaran sejak tahun 2004 yang lalu. Kebiasaannya mengirim masakan rendang kepada para kerabat yang lokasinya cukup jauh, menginspirasi ibu rumah tangga ini untuk menciptakan rendang yang bisa bertahan lama, mengingat proses pengiriman produk biasanya memakan waktu yang cukup lama.

Read More..

Kelezatan Nasi Bebek Bumbu Kretek

Selain ayam, salah satu jenis daging yang tidak kalah enaknya dan banyak disukai konsumen dipasaran adalah daging bebek. Bagi sebagian orang, daging bebek ini memiliki cita rasa yang rasa yang khas dan lebih kuat dibandingkan dengan daging ayam. Oleh karena itu, berbagai menu kuliner yang mengandung daging  bebek, tampak laris manis diserbu para konsumen.

Hal ini pulalah yang dimanfaatkan Mak Isa, seorang pelaku bisnis makanan di daerah Klender, Jakarta Timur dalam menekuni peluang bisnis kuliner. Ia sengaja mengenalkan makanan tradisional nasi bebek bumbu kretek, sebagai salah satu menu andalannya.Pada umumnya para pelaku bisnis kuliner hanya menawarkan bebek dengan menu andalan bebek goreng, bebek bakar, bebek kremes, bebek rica-rica, bebek presto, atau bebek srundeng. Warung Mak Isa berusaha menawarkan sesuatu yang berbeda, yaitu dengan menyajikan makanan tradisional dari Madura, nasi bebek bumbu kretek kepada konsumennya. Dan ternyata strategi tersebut berhasil menarik  perhatian banyak orang.

Read More..

Senin, 25 April 2011

Kisah Sukses Pelopor Waralaba Salon Muslimah

Salon kecantikan merupakan salah satu tempatnya kaum wanita untuk mempercantik diri. Sebab, di tempat inilah segala hal yang berkaitan dengan perawatan tubuh mulai ujung rambut hingga ujung kaki tersedia lengkap. Selain itu, salon juga menjadi tempat relaksasi yang nyaman dengan treatment seperti pijat, spa dan pelayanan yang lain.
Dewasa ini, perkembangan salon sangat pesat. Kaum wanita muslim pun telah menempati salah satu porsi utama dalam pangsa pasar ini. Terlihat kini, makin merebaknya berbagai jenis usaha salon khusus muslimah di berbagai kota besar di Indonesia. Baik itu berdiri sendiri, maupun bersistem waralaba. Kebutuhan perawatan tubuh yang lengkap, nyaman, berbasis syariah dan halal kini kebutuhannya semakin dicari para wanita, khususnya wanita muslimah.

Yulia Astuti Haras dan Linda Kartika Haras, adalah salah satu pengusaha yang berprestasi di bidang salon muslimah di Indonesia. Kakak beradik ini, mengawali bisnisnya berdasarkan hobi mereka yaitu memanjakan diri di salon. Sering terjadi kerepotan ketika Yulia dan Linda susah menemukan salon yang nyaman untuk mereka berdua yang telah mengenakan jilbab. 

Meski yang melakukan perawatan adalah wanita, namun suami atau anak laki-laki dari pengunjung berada di dalam salon. Dan hal itu yang membuat para wanita berjilbab merasa tidak nyaman. Lalu terbesitlah dalam benak Yulia, untuk membuka salon khusus muslimah. Salon ini nantinya khusus untuk wanita saja, tidak boleh ada laki-laki yang masuk. Kemudian ia mengajak adiknya Linda untuk membuka usaha kecantikan tersebut. Linda pun langsung menyanggupinya. Tanpa pikir panjang, Linda pun langsung keluar dari kantornya, yang juga tempat bekerja Yulia. Sementara itu, Yulia masih bertahan. Awalnya, ada 3 orang yang berniat membuat salon, hanya pada saat mulai akan dikerjakan sang teman mengundurkan diri. Sesungguhnya baik Linda maupun Yulia tidak mempunyai basic mengenai dunia per-salonan yang memadai. Oleh sebab itu, Linda pun rajin mengikuti berbagai macam kursus kecantikan mulai perawatan ujung rambut hingga ujung kaki. Karena pelayanan itulah yang nantinya ditawarkan kepada konsumen salonnya. 

Perjalanan menuju sukses Pada Mei 2002 resmilah salon milik Yulia dan Linda dibuka dengan mengusung nama moz5 (baca:muslimah) di daerah Margonda Depok. Diawali dengan 3 orang karyawan, Linda langsung memimpin operasional salon, karena Yulia masih bekerja. Seusai pulang bekerja, Yulia selalu menyempatkan diri datang ke salon. Untuk modal pertama menjalankan bisnis salon muslimahnya mereka mengeluarkan budget sebesar Rp 100 juta. Itupun bukan keseluruhan berasal uang pribadi, namun juga uang pinjaman dari saudara dan lainnya. Dengan modal sebesar itu, Yulia dan Linda gunakan untuk menyewa tempat 2 lantai di daerah Margonda, Depok, Jawa Barat dan membeli perlengkapan serta peralatan salon modern.

Salah satu kelebihan usahanya dibanding salon yang lain adalah menerapkan konsep kenyamanan bagi muslimah saat berada di salon. Sebelumnya dua ibu muda ini mengadakan survey kebeberapa salon, kemudian menerapkan beberapa pelayanan yang sesuai dengan konsep salonnya. Begitu seterusnya, sembari mengikuti perkembangan salon modern. Disamping itu, Linda pun terus mengikuti beragam kursus guna mengasah keterampilannya pada bidang perawatan kecantikan. Linda membagi kantornya menjadi dua bagian, yaitu lantai dasar untuk pelayanan potong rambut, creambath, pedicure, manicure, dan refleksi. Sedang lantai dua, khusus perawatan wajah (facial) dan badan (lulur). Dan tersedia juga layanan spa, aneka lulur, perawatan pra nikah, dan aneka perawatan cantik luar dalam, juga tersedia jasa rias pengantin muslimah. Belakangan moz5 juga menambah layanan dengan senam khusus muslimah. Begitulah cara Linda dan Yulia memanjakan para pelanggannya.
Maka tak heran, jika pelanggannya makin banyak. Yang semula pelanggannya adalah para mahasiswi, kini paling banyak ibu-ibu muda dan wanita pekerja. Pelanggan moz5 bukan hanya para wanita berjilbab, namun banyak juga yang tidak. Jika dibandingkan sekitar 60:40, dimana 60% adalah wanita berkerudung. Simbol kesuksesan dari salon ini adalah bangunan gedung yang bertingkat di Jalan Margonda Raya, Depok telah menjadi milik sendiri. Kesuksesan bisnis jasa satu ini bukan hanya itu, tapi juga untuk kawasan Asia Tenggara, moz5 salon menjadi pelopor salon muslimah yang telah diwaralabakan. 
Selain itu, sudah banyak prestasi yang dicapai oleh moz5 diantaranya, terpilih menjadi salah satu dari 14 usaha waralaba yang dipromosikan oleh Kadin dan WALI untuk berkiprah di luar negeri; meraih penghargaan sebagai salah satu wirausahawan muda dalam The Indonesian Small and Medium Business Entreprenuer Award (ISMBEA) tahun 2009; dan menjadi pelopor usaha salon khusus muslimah yang diwaralabakan. Demikian artikel profil pengusaha pekan ini, semoga kisah sukses pelopor waralaba salon muslimah dari kakak beradik Yulia dan Linda dalam merintis usaha salonnya menjadi inspirasi Anda dalam memulai bisnis. Salam sukses. Sumber :http://bisnisukm.com

Read More..

Sukses Berwirausaha Dari Menekuni Hobi

“Berawal dari sekedar hobi, ternyata kini berhasil menjadi hoki.” Mencintai dunia animasi sejak kecil, berhasil mengantarkan Wahyu Aditya menjadi seorang pengusaha sukses yang kini mengembangkan bisnisnya menjadi empat bidang usaha di bawah naungan PT. HelloMotion Korpora Indonesia. Terlahir di lingkungan keluarga wirausaha dan akademisi, membuat Wadit (sapaan akrab Wahyu Aditya) tumbuh menjadi pemuda yang senang dengan tantangan dan memiliki jiwa entrepreneur cukup kuat. Ayahnya seorang dokter spesialis mikrobiologi yang berprofesi sebagai dosen dan ibunya seorang pengusaha yang membuka bisnis jasa Penyalur Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) ke Hongkong. 

Berkat minat dan bakatnya yang menurun dari sang Ayah yang juga hobi melukis, diusianya yang masih terbilang muda (usia 24 tahun) Wadit berhasil membuka sekolah animasi dengan nama HelloMotion Academy. Bahkan tidak berhenti sampai disitu, kini Wadit yang genap berusia 31 tahun pada tanggal 4 Maret lalu, telah mengembangkan bisnisnya menjadi empat jenis usaha. Yaitu meliputi sekolah animasi dengan nama HelloMotion Academy, menjadi event organizer untuk festival film animasi HelloFest yang rutin diadakan setahun sekali, membuka sebuah rumah produksi yang berlabelkan Dapupu Indonesia, serta melebarkan sayap di bisnis distro dengan mengenalkan brandnya Kementrian Desain Republik Indonesia (KDRI).

Perjalanan Bisnis Untuk meraih kesuksesan yang diraihnya saat ini, ternyata perjalanan yang dilalui Wadit tidak semulus yang kita bayangkan. Sebelum mendirikan sekolah animasi di tahun 2004, lulusan KvB Institute of Technology Sydney ini sempat bekerja di Trans TV sebagai creative designer and animator selama dua tahun.
Namun Ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaan tersebut, karena tertantang untuk mencoba berwirausaha. Saat itu Wadit memutuskan untuk membuka sebuah rumah produksi dengan beberapa temannya, namun perjalanan bisnisnya kurang lancar dan hanya bisa bertahan selama satu tahun.pengusaha sukses Dari kegagalan tersebut Wadit mendapatkan banyak pelajaran berharga tentang manajemen bisnis. 

Hingga akhirnya Ia bangkit dan melanjutkan perjalanannya menuju sukses dengan meminjam Rp 400 juta dari bank untuk modal mendirikan sekolah animasinya. Moment inilah yang menjadi batu loncatan bagi suami Arie Octaviani Arifin ini, sehingga saat ini bisnisnya berhasil meraup omset hingga milyaran rupiah setiap tahunnya.
Mimpi besar Wahyu Aditya untuk mengenalkan animasi ke seluruh masyarakat Indonesia, dan melahirkan para animator baru yang memiliki daya saing di pasar internasional, kini bukan menjadi hal yang mustahil untuk terwujud. Dengan membuka empat peluang bisnis yang dimulainya dari hobi, Wadit tidak hanya berhasil mendapatkan omset besar setiap bulannya. 
Tapi Ia juga merasa puas dapat berbagi ilmu dengan banyak orang yang tertarik menekuni profesi animator. Karena bidang ini menjadi salah satu peluang bisnis yang cukup potensial kedepannya. Semoga profil pengusaha Wahyu Aditya yang sukses berwirausaha dari menekuni hobinya, dapat memberikan inspirasi bagi kita semua untuk segera memulai usaha. Karena sebenarnya peluang usaha dapat kita temukan dari bakat dan minat yang ada dalam diri kita. Selamat berkarya dan salam sukses.
Sumber artikel : http://bisnisukm.com Sumber gambar : http://distrokdri.com/images/product/kaos1293966006-03-hellomotionac1.jpg dan http://radarsukabumi.com/uploads/berita/dir28082010/img28082010603181.jpg

Read More..

Selasa, 05 April 2011

Bertahan dengan Menu Peyek Tradisional

Rempeyek/ peyek menjadi salah satu usaha makanan tradisional yang sampai saat ini banyak penggemarnya. Produk makanan yang terbuat dari tepung beras dan taburan kacang tanah tersebut kini masih sering kita jumpai di beberapa kota besar tanah air. Yogyakarta yang dikenal sebagai kota wisata juga memiliki produk peyek yang khas dan memiliki cita rasa gurih dan renyah. Selain peyek tumpuk yang selama ini dikenal sebagai ‘jawaranya’ peyek Jogja, ternyata ada juga peyek khas Kotagede yang memiliki cita rasa tak kalah kriuknya dari peyek-peyek lainnya. Salah satu penghasil peyek yang sampai saat ini masih eksis mempertahankan cita rasa tradisional Yogyakarta adalah Ibu Suharni (60) yang beralamat di Samakan RT/ RW 34/ 8 Purbayan Kotagede. Menekuni produksi rempeyek sejak tahun 1985, saat ini Ibu Suharni masih bertahan dengan produksi peyek kacang, peyek kedelai, dan peyek ikan teri. Meskipun saat ini hanya memenuhi pesanan dalam jumlah sedang, namun Ibu Suharni mengakui jika berkat produksi peyeknya tersebut beliau bisa membiayai sekolah putra-putrinya hingga lulus. “Selain bisa membiayai keperluan sekolah anak-anak saya, rumah yang saya tinggali ini juga berkat peyek,” kata Ibu Suharni sembari tersenyum. makanan tradisionalDalam sehari, ibu asli Solo tersebut mengaku rata-rata memproduksi 7 kg peyek beragam jenis. “Yang paling banyak peminatnya itu peyek kacang, jadi untuk produksinya biasanya kami buat lebih,” terang Ibu Suharni. Menurutnya penting untuk bisa menghasilkan peyek yang memiliki cita rasa khas dan renyah di tengah persaingan pasar yang sangat ketat. Dengan memproduksi peyek yang memiliki cita rasa khas, maka pelanggan pasti akan kembali lagi untuk menikmati gurihnya peyek tersebut. Hal itulah yang mencoba dipertahankan Ibu Suharni dengan memproduksi peyek sendiri tanpa bantuan tenaga produksi. “Saya kurang marem kalau produksi peyek ini bukan saya sendiri yang mengerjakan,” imbuh Ibu Suharni ditemani seorang cucunya. pengusaha suksesSaat ini, dalam sebulan biasanya Ibu Suharni memenuhi pesanan dari beberapa toko oleh-oleh yang ada di seputaran Kotagede. Dalam sekali pemesanan, rata-rata pelanggan Ibu Suharni mengambil 50 bungkus peyek beragam jenis. Harga yang ditawarkan untuk satu bungkus peyek tersebut adalah Rp.8.000,00. Dengan harga segitu, Ibu Suharni mengakui jika harga yang beliau tawarkan memang lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga pasaran pada umumnya. Namun, beliau menjamin jika produk peyeknya tersebut memiliki cita rasa yang khas dan beda dengan peyek kebanyakan.
Ibu Suharni juga berujar jika saat ini produk peyeknya sudah beberapa kali mendapat order dari luar kota antara lain Jakarta, Sumatra, dan Bali. Meskipun tidak melakukan pemasaran aktif, beliau mengaku sering kerepotan jika ada pesanan dalam jumlah banyak. Oleh karena itu, untuk beberapa tahapan produksi beliau sering meminta bantuan dari putrinya mengerjakannya. Di akhir wawancaranya, ibu yang mengaku baru sembuh dari sakit tersebut berharap produksi peyeknya akan tetap berjalan stabil di tengah persaingan yang sangat ketat. Untuk itu, beragam inovasi produk peyek ingin beliau ciptakan agar usahanya tetap eksis dan dikenal sebagai penghasil peyek yang berkualitas. sumber http://bisnisukm.com

Read More..

Produktif di Usia Lanjut Dengan Barokah Cake & Bakery

Banyak orang yang beranggapan jika usia banyak mempengaruhi produktivitas seseorang dalam berkreasi dan menghasilkan produk usaha. Semakin tua usia seseorang maka tingkat produktivitasnya akan semakin menurun. Namun anggapan tersebut ternyata tidak berlaku bagi Hj. Wafronah Basir (78), yang kini masih aktif memproduksi aneka cake & bakery. Di usianya yang sudah lanjut, nenek yang memiliki 16 cucu tersebut masih semangat mengontrol dan mengawasi proses produksi hingga proses pemasaran aneka cake & bakery miliknya. Ditemui di rumahnya Sabtu (26/3), Hj.Basir begitu beliau disapa menuturkan awal mula membangun usaha pembuatan cake & bakery berawal dari hobi. “Saya termasuk orang yang hobinya memasak dan membuat roti, lama-lama saya berinisiatif untuk menjual roti-roti tersebut di pasar, karena responnya bagus maka keterusan sampai sekarang,” terang Hj. Basir tentang awal mulanya menggeluti dunia roti. Setelah itu, dengan menggunakan Barokah Cake & Bakery sebagai nama usahanya, Hj. Basir mulai menekuni dan rutin memproduksi beragam roti mulai pada tahun 1980. Meskipun berasal dari keluarga pengusaha batik, namun karena dorongan hobi dan kegemarannya memproduksi kue, Hj. Basir memutuskan untuk mendirikan usaha produksi cake & bakery di rumahnya Karangkajen MG 3/297, Brontokusuman Mergangsan Yogyakarta. Dibantu tiga orang tenaga produksi, Barokah Cake & Bakery rutin memproduksi minimal 20 kg bahan baku roti setiap harinya. Dan saat ini, tiga buah jenis roti mampu mereka produksi, yaitu Roti Boi, Roti Pisang, dan Roti Kenari. Dengan bahan baku yang dipasok dari langganan rutinnya, produk Barokah Cake & Bakery saat ini sudah banyak beredar di beberapa pasar di wilayah Jogja. “Produk kami pasarkan di Pasar Kranggan, Pasar Sentul, Pasar Legi, Pasar Kotagede, dan Pasar Demangan,” jelas Hj. Basir dengan logat jawanya yang khas. Selain itu, tidak sedikit pula pelanggan yang datang langsung ke rumah beliau untuk memesan beragam cake & bakery untuk keperluan hajatan maupun untuk acara keluarga. Dengan harga berkisar Rp.1.200,00-Rp.1.700,00 per bungkusnya, Hj. Basir mengaku bisa memperoleh laba bersih sekitar 3 juta rupiah per bulannya.
Hj.Basir juga mengaku jika dalam proses produksi roti-rotinya tersebut tidak jarang menghasilkan bentuk yang tidak sempurna. “Kadang hasilnya memang tidak sempurna bentuknya, jika seperti itu maka roti-roti tersebut saya berikan kepada tetangga sekitar maupun jamaah sholat di masjid,” kata Hj. Basir sambil menunjuk masjid yang ada di dekat rumahnya. Atas alasan itulah, usahanya tersebut beliau beri nama Barokah Cake & Bakery, dengan maksud bisa memberikan ketentraman (barokah) bagi dirinya dan orang lain. usaha membuat kueDitemani salah seorang cucunya, Hj. Basir juga berujar jika saat ini beliau mulai berinovasi dengan membuat produk keripik singkong (criping telo). “Rumah saya ini dekat dengan pasar telo karangkajen, jadi bahan bakunya juga mudah untuk memproduksi criping telo,” imbuh Hj. Basir. Meskipun termasuk produk keluaran terbaru, namun criping telo tersebut saat ini sudah dipasarkan di 44 toko camilan dan oleh-oleh yang ada di sekitaran kota Jogja. Dengan dibantu suami dan salah seorang putranya, saat ini Hj. Basir berniat untuk meningkatkan kapasitas produksi criping dengan menggunakan mesin modern. “Criping telo ternyata memiliki prospek yang sangat bagus, apalagi bahan bakunya juga mudah didapat karena rumah kami sebelahan dengan Pasar Telo Karangkajen,” lanjut ibu berputra 6 tersebut. Di akhir wawancaranya, Hj. Basir berharap jika usaha yang sudah dijalankannya puluhan tahun tersebut masih tetap bertahan dengan inovasi produk yang semakin banyak dan menarik. Meskipun saat ini sudah tidak secara penuh mengikuti proses produksi karena faktor usia, namun beliau berujar selagi masih bisa maka akan terus tetap berkarya. sumber http://bisnisukm.com

Read More..

Rizal Snack, Usaha Kue Roti yang Menguntungkan

Rizal snack, usaha kue roti yang menguntungkan. Kalimat ini kami rasa tepat untuk diberikan bagi ibu rumah tangga yang satu ini. Berawal dari hobi memasak dan membuat aneka kue/ roti, kini Rini Wijayati (47) menjadikan bisnis snack kue dan roti sebagai mata pencaharian pokok keluarganya. Sejak tahun 1999, Ibu Rini membuka ‘Rizal Snack’ yang melayani pesanan berbagai kue dan roti aneka rasa. Bertempat tinggal di Gunungketur PA 2/ 131 Yogyakarta, beragam kue produksi Ibu Rini dan keluarga antara lain kue sus buah, ekrel, danis coklat, pie kelapa, bolu, lapis zebra, pie buah, semar mendem, martabak, resoles, dan masih banyak lagi. Total saat ini ‘Rizal Snack’ mampu memproduksi 50 jenis kue dan roti dengan harga pada kisaran seribuan. Ditemui di rumahnya Kamis (24/3), Ibu Rini yang ditemani keluarganya masih tampak sibuk melayani pesanan beragam kue/ roti siang itu. Sambil menyelesaikan produksi pesanannya tersebut, beliau mengaku jika usaha tersebut dikerjakan sendiri dibantu suami, adik dan kerabat lainnya. “Ketika pesanan banyak, otomatis keluarga kami menjadi sangat sibuk untuk bersama-sama membantu produksinya,” kata Ibu Rini sambil menggoreng pastel. Meskipun dikerjakan dengan keluarga sendiri, namun untuk kualitas produk kue/ rotinya Ibu Rini sangat detail dalam memberikan pengawasan.
Di dapur sederhananya yang beratapkan terpal, setiap hari Ibu Rini seakan tidak lelah mengerjakan pesanan dari pagi hingga malam hari. “Pernah kami sampai tidak tidur untuk memenuhi pesanan dalam jumlah yang besar,” terang Ibu Rini tentang produksinya. Meskipun masih dalam skala rumah tangga, namun untuk bisa mendapatkan produk kue dan roti dari ‘Rizal Snack’ para pelanggannya harus memesan jauh hari sebelum hari H. Hal tersebut karena saat ini pesanan yang diperoleh ‘Rizal Snack’ sangat banyak, sehingga harus antri dan disesuaikan dengan waktunya. Dengan harga yang terjangkau, Ibu Rini mengaku bisa memperoleh omzet yang cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. “Dalam sebulan kami bisa memperoleh omzet pada kisaran tiga jutaan, namun itu bukan menjadi patokan karena jumlah pesanan per bulannya yang berbeda-beda,” imbuh Ibu Rini sembari tersenyum. Rizal snack, usaha roti dan kueSelama ini pesanan ke ‘Rizal Snack’ kebanyakan dari instansi pemerintahan yang ada di seputaran Kota Jogja. Selain itu, pesanan personal untuk keperluan hajatan dan rapat juga sering membuat Ibu Rini dan keluarganya ‘sibuk’. Dengan pesanan yang begitu seringnya, Ibu Rini mengaku jika selama ini dirinya seolah dikejar deadline pesanan. Namun, beliau berujar sangat beruntung memiliki keluarga yang mau dan mampu membantu memproduksi aneka kue dan roti tersebut. Dengan bahan baku yang mudah didapat dan permintaan pasar yang begitu tinggi, Ibu Rini yakin jika usahanya tersebut masih bisa ditingkatkan baik kualitas dan kuantitasnya. Jadi bagi Anda yang penasaran dengan lezatnya aneka kue dan roti buatan ‘Rizal Snack’, silakan mampir di kediaman Ibu Rini tepatnya di belakang Rumah Sakit Puri Nirmala Pakualaman Yogyakarta. sumber http://bisnisukm.com

Read More..

Lezat, Bergizi Abon Duri Bandeng dan Aneka Olahannya

Abon selama ini dikenal sebagai makanan yang berfungsi sebagai lauk atau isian untuk beberapa olahan makanan lain. Beragam inovasi olahan abon kini banyak ditemukan di berbagai tempat. Salah satu olahan abon yang memiliki cita rasa khas dan berkalsium tinggi adalah abon duri bandeng. Produk olahan Hj. Ummi Hayati (51) ini terbukti mengandung kalsium hingga 4% , sementara kandungan protein dan fosfornya masing-masing sebesar 32% dan 3% setelah dilakukan penelitian di salah satu laboratorium di Yogyakarta. Ditemui di rumahnya Rabu (23/3), Hj. Ummi mengaku memulai menjalankan usaha abon duri bandeng dan aneka olahan lainnya sejak tahun 1991. “Awalnya saya membuka usaha ini hanya sebagai sambilan saja, namun karena hasilnya sangat menjanjikan akhirnya saya tekuni dan fokus memproduksi aneka olahan bandeng ini,” kata Ibu asli Losari Brebes tersebut.
Selain memproduksi abon duri bandeng sebagai menu andalannya, saat ini Hj. Ummi juga memiliki produk olahan bandeng lainnya, antara lain otak-otak bandeng, sosis bandeng, bandeng presto, bakso bandeng, dan nugget bandeng. Hj. Ummi mengaku beragam olahan ikan yang memiliki nama latin Chanos chanos tersebut diperolehnya atas hasil kreasi sendiri dengan inspirasi dari berbagai hal. “Sebagai ibu yang senang masak, saya sering mencoba membuat berbagai olahan makanan baru dari bandeng, kemudian saya coba tawarkan dan ternyata banyak yang suka,” terang ibu berputra tiga itu. Dan saat ini, dengan dibantu dua orang tenaga produksinya, Hj. Ummi rata-rata memproduksi aneka olahan bandeng 25-30 kg setiap harinya. Menggunakan Bandeng Hj. Ummi Hayati sebagai nama produknya, beliau mengaku memasok bahan baku bandeng dari Juwana Pati setiap harinya. Menurutnya bandeng dari daerah tersebut tidak bau tanah dan rasanya gurih. Setelah itu bandeng-bandeng tersebut diolah menjadi beragam makanan olahan dengan otak-otak bandeng sebagai menu rutin produksinya. Harga yang ditawarkan Hj. Ummi untuk setiap produknya juga cukup terjangkau, untuk bakso harganya Rp.5.000,00; sosis bandeng Rp.10.000,00; otak-otak bandeng Rp.11.000,00; nugget Rp.11.000,00; dan abon bandeng Rp.11.000,00. Dengan harga tersebut, kini produk-produk olahan bandeng Hj. Ummi sudah dipasarkan hingga Jakarta, Tangerang, Medan, Palembang, dan berbagai swalayan Yogyakarta. Beliau mengakui jika pada awalnya beliau memasarkan produknya tersebut dari mulut ke mulut. Setelah itu, atas inisiatif putranya, proses pemasaran akhirnya diambil alih oleh Ramachanos yang dikomandani putranya sendiri, sementara Hj. Ummi fokus diproduksi dan kreasi produk ikan bandeng. Dengan manajemen yang lebih tertata dan terkontrol dengan baik, Hj. Ummi mengaku saat ini bisa menghasilkan omzet hingga 114 juta rupiah per bulannya dengan keuntungan 30%. Meskipun mengaku sangat terbantu dengan pemasaran yang di handle oleh Ramachanos, namun saat ini Hj. Ummi mengaku masih mencari orang yang bisa memasarkan produknya door to door untuk area lokal Yogyakarta. Saat ini, dengan harga bahan baku dan bumbu yang semakin melambung, Hj. Ummi mengaku harus pintar dalam menjalankan strategi bisnisnya. Dengan menerapkan strategi menaikkan harga per tahun sebesar Rp.500,00 setiap kemasan, beliau yakin konsumennya masih tetap setia sebagai pelanggan rutin produk olahannya. Proses pemasaran produk olahan ikan bandeng Hj. Ummi juga terbantu dengan banyaknya media cetak, elektronik, hingga televisi nasional yang datang meliput. Diakui Hj. Ummi, berkat liputan-liputan tersebut, produk olahan bandengnya terutama abon duri bandeng banyak dikenal luas ke masyarakat. Melalui bisnisUKM.com beliau mengucapkan terima kasih kepada berbagai media yang sudah pernah datang meliput dan membantu memperkenalkan produk olahannya tersebut. Di akhir wawancaranya, Hj. Ummi menilai persaingan dalam usaha sejenis memang cukup banyak. “Persaingan cukup ketat, namun saya berpedoman kalau rejeki sudah ada yang mengatur sendiri-sendiri,” imbuh Hj. Ummi yang kini tinggal di Jl. Seturan III No. 37A, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Sumber http://bisnisukm.com

Read More..

Bagaimana Cara Membangun Disiplin Diri?


Salah satu pondasi yang dibutuhkan semua orang untuk meraih sukses adalah kedisiplinan. Membiasakan diri untuk selalu disiplin dalam segala hal membuat seseorang belajar bekerja secara terencana, hingga semua kewajiban yang menjadi tugas utamanya dapat terselesaikan dengan tuntas. Namun sayangnya, selama ini sebagian besar orang masih beranggapan bahwa sebuah kedisiplinan hanya akan membatasi diri kita untuk memiliki kebebasan. Hampir semua kegiatan maupun kewajiban telah diatur sesuai jadwal, sehingga banyak orang merasa terpaksa untuk mengikuti semua jadwal yang telah ditentukan. Hal inilah yang sering membuat seseorang merasa berat untuk mulai berdisiplin. Dan lebih memilih bebas melakukan semua kegiatan sesuai dengan keinginan hatinya. Padahal tanpa membiasakan diri untuk disiplin, mustahil seseorang dapat meraih suksesnya. Lalu, Bagaimana cara membangun disiplin diri? Mari kita bahas bersama hal-hal apa saja yang sebaiknya Anda lakukan, agar kedisiplinan dapat tertananam dalam diri Anda. Pertama, mulailah dengan memotivasi diri Anda sendiri. Hal utama yang Anda perlukan untuk membangun disiplin yaitu memotivasi diri Anda untuk terbiasa disiplin dalam berbagai kesempatan. Mungkin pada awalnya kebiasaan ini cukup berat untuk Anda jalankan, namun setelah Anda dipaksa menjalankannya setiap hari, maka lama-kelamaan hal tersebut akan menjadi budaya yang tertanam kuat dalam diri Anda. Kedua, membuat target yang ingin dicapai dalam waktu tertentu. Dengan membuat sebuah target dengan batas waktu tertentu, maka secara tidak langsung Anda akan mulai belajar disiplin dan merencanakan segala hal dengan teratur, guna mencapai target sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Meskipun berawal dari perasaan terpaksa, namun jika dilakukan berulang-ulang maka pada akhirnya akan menjadi sebuah kebiasaan yang Anda lakukan dengan suka rela. Ketiga, biasakan untuk tidak menunda segala tugas Anda. Sebisa mungkin kerjakan semua tugas dengan segera, sebab semakin lama Anda menunda sebuah pekerjaan maka akan semakin sulit juga Anda untuk memulainya kembali. Inilah yang menjadi kebiasaan buruk kita, terbiasa menggampangkan sebuah pekerjaan dan menundanya hingga akhirnya hasil yang didapatkan juga kurang optimal.
Keempat, memiliki tekad dan komitmen yang kuat. Tanpa adanya tekad dan komitmen yang kuat, maka semua jadwal yang telah Anda susun dan semua target yang telah Anda tentukan hanya akan menjadi wacana saja. Karena itu, kuatkan tekad dan komitmen Anda untuk mulai belajar disiplin. Bila Anda masih kesulitan, mulailah dari hal-hal yang paling mudah. Hingga akhirnya tekad dan komitmen Anda semakin hari semakin meningkat. Kelima, action (lakukan) dari sekarang. Setelah Anda merencanakan semua jadwal dengan rapi, dan berkomitmen kuat untuk belajar disiplin. Selanjutnya terapkan semuanya dalam kehidupan sehari-hari Anda. Biasakan budaya disiplin dari sekarang, dan lihatlah perubahan besar yang akan Anda dapatkan. Pastikan budaya disiplin telah tertanam dalam diri Anda, karena berawal dari sebuah kedisiplinan segala kendala meraih sukses dapat Anda lewati dengan baik. Semoga sedikit motivasi bisnis untuk pekan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Selamat berkarya dan salam sukses. sumber http://bisnisukm.com

Read More..

Kendala Utama Meraih Sukses

Jika ditanya mengenai “apa mimpi dan cita-cita Anda?” Mungkin sebagian dari kita akan menjawab dengan penuh percaya diri bahwa “saya ingin menjadi orang sukses”. Ya, memang tidak salah memiliki mimpi ingin menjadi orang sukses. Namun sekarang pertanyaannya, apakah Anda sudah siap menjadi orang sukses? Menjadi orang sukses tidak cukup dengan bercita-cita atau bermimpi saja. Dibutuhkan keberanian untuk mulai melangkah, ketekunan untuk selalu bekerja keras mencapai tujuan, serta tekad yang kuat agar tidak cepat menyerah dengan segala tantangan yang muncul di tengah jalan.
Selama ini belum banyak masyarakat yang menjalankan proses tersebut dengan baik, mereka hanya beranggapan sukses berarti memiliki bisnis besar, serta memiliki harta melimpah. Padahal sebenarnya yang dimaksud dengan sukses tidak hanya mencakup hal itu saja, sukses yang sebenarnya adalah perjalanan menuju pada sebuah goal untuk memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Inilah yang belum bisa dijalankan sebagian besar orang, sehingga mereka gagal di tengah jalan sebelum menuju sukses. Berikut ini beberapa hal yang perlu dihindari, agar Anda tidak masuk dalam daftar orang yang gagal meraih sukses. Tidak memiliki tujuan hidup. Sebagian besar orang hanya menjalani hidup mereka dengan mengalir, sehingga tujuan hidup mereka juga belum jelas. Pola pikir inilah yang membuat sebagian besar orang pasrah dengan keadaan yang diperolehnya hari ini, tanpa pernah memikirkan apa yang diinginkannya di masa depan. Kurang bertanggungjawab. Ciri-ciri orang gagal adalah orang yang memilih lepas tangan dari tanggungjawabnya. Mereka lebih memilih diam ditempat dan tidak mengambil sebuah resiko yang mungkin muncul di tengah perjalanan menuju sukses. No action talk only. Memiliki banyak mimpi tentu tidak memberikan jaminan bagi Anda untuk bisa meraih sukses. Karena tanpa sebuah tindakan, kesuksesan tersebut tidak akan menjadi nyata.kendala meraih sukses Selalu menyalahkan keadaan. Kendala utama yang sering dilakukan banyak orang adalah menyalahkan keadaan yang mereka miliki. Biasanya orang-orang seperti ini selalu berpikiran bahwa mereka tidak punya banyak modal untuk meraih sukses, tidak cukup berpendidikan untuk menjadi orang sukses, serta segudang alasan lainnya yang akhirnya menghambat mereka menuju sukses. Memilih jalan pintas. Kendala lainnya yang sering membuat seseorang gagal meraih suksesnya yaitu adanya keinginan untuk meraih sukses dengan cara instan. Sehingga mereka mencari jalan paling mudah, paling cepat dan paling menghasilkan. Tidak mau belajar. Meskipun banyak orang mengatakan bahwa kesuksesan dapat diraih dari proses belajar dan mencoba, namun ternyata belum semua orang termotivasi untuk melakukannya. Terbukti masih banyak orang yang merasa dirinya pintar dan paling benar, sehingga tidak mau belajar dan meningkatkan kemampuannya untuk meraih sukses. Semoga sedikit infomasi tentang kendala utama meraih sukses ini dapat memotivasi diri kita untuk tidak pernah lelah menuju sukses, karena kesuksesan tidak hanya berpihak pada orang yang beruntung saja, kesukesan juga berpihak pada orang-orang yang mau berusaha. Selamat berkarya dan salam sukses. 

sumber http://bisnisukm.com

Read More..

Kamis, 31 Maret 2011

Kreasi Unik Kerajinan Daun Kelapa

Daun kelapa atau blarak (bahasa jawa) ternyata bisa dibuat kerajinan yang unik dan bernilai jual tinggi. Blarak yang biasa digunakan sebagai pengganti kayu bakar ini ternyata bisa disulap menjadi produk kreatif yang mampu menembus pasar ekspor. Hal itulah yang sudah ditekuni oleh Bapak Dwi Hartanto (35) selama 20 tahun, yang fokus menekuni produksi aneka kerajinan berbahan dasar blarak dan berbagai serat alam lainnya. Di tangan kreatif seperti Pak Tanto itulah, aneka produk kreatif dan unik bisa dihasilkan dengan bahan baku alam yang melimpah di sekitar kita. Dengan mendirikan CV Citra Alam, Pak Tanto mampu menampung anak-anak muda yang ada di sekitar rumahnya sebagai tenaga produksi. Ditemui di rumahnya, Senin (21/3), Pak Tanto yang diwakili salah satu tenaga produksinya Topan (27) mengaku usaha kreatifnya tersebut diperoleh secara otodidak dengan mengembangkan produk dari blarak.
“Pada awal mulanya kita langsung fokus di kerajinan blarak, dan itu menjadi andalan produk kami sampai saat in. Kemudian karena adanya permintaan pasar, kami juga memproduksi aneka bahan serat alam lainnya,” kata Topan di lokasi produksi Dusun Cawan Argodadi Sedayu Bantul. Berbekal peralatan manual yang dimilikinya, sampai saat ini Citra Alam sudah memiliki ratusan produk kerajinan aneka jenis. Produk-produk tersebut antara lain pigura, box, trapesium, mirror, souvenir, tempat pakaian bekas, dll. Dibantu 5 orang tenaga produksi tetapnya, pesanan selalu mengalir dalam setiap mingggunya. Terlebih dengan menggandeng 6 perusahaan trading, kini produk-produk Citra Alam sudah merambah pasar ekspor ke Jepang dan negara-negara Eropa. Dengan tingkat pesanan yang tinggi, Topan mengakui Citra Alam sering kualahan dalam memenuhi pesanan tersebut. Untuk itu, jam kerja karyawan di Citra Alam saat ini dibagi menjadi 2 shift agar bisa memenuhi produksi sesuai dengan pesanan. Makin tingginya tingkat persaingan pasar akan produk-produk berbahan baku alam, maka Citra Alam juga mengembangkan produk serupa sesuai dengan pesanan. “Selain blarak, kami juga mengembangkan produk berbahan dasar pandan, eceng gondok, agel, lidi dan serat alam lainya,” imbuh Topan sembari menunjukkan produk-produknya. Dengan aneka produk yang kini diproduksi tersebut, maka selain memenuhi permintaan ekspor Citra Alam juga memasarkan produknya di beberapa toko kerajinan yang ada di wilayah Jogja. Meskipun tidak sebesar permintaan ekspornya, namun dengan rutin mengirimkan produknya tersebut, Citra Alam mengaku bisa memperolah omzet hingga puluhan juta rupiah setiap bulannya. Harga yang ditawarkan Citra Alam adalah Rp.8.000,00-Rp.17.000,00 per produknya. Dengan harga tersebut, Topan mengaku jika selama ini kualitas produklah yang menjadi patokan utama pihaknya dalam menciptakan aneka produk kerajinan. Selain itu, kekayaan ide kreatif produknya tersebut juga menjadi salah satu andalan Citra Alam ketika melakukan pemasaran aktif. Diakui Topan, Pak Tanto sebagai leader di usaha tersebut tidak lelah menawarkan produknya ke berbagai pihak. Terlebih, dengan ide baru yang terus muncul menjadikan produk Citra Alam tidak monoton hanya itu-itu saja. Berbagai pameran tingkat lokal hingga nasional juga sering menjadi ‘senjata’ Citra Alam dalam memasarkan produk kreatifnya. Meskipun tidak jarang hanya produknya saja yang ikut ke pameran, namun diakui Topan hal tersebut cukup efektif dalam membantu memperkenalkan produk Citra Alam ke masyarakat. Dengan tingkat persaingan yang cukup ketat dalam bisnis produk kreatif seperti itu, Topan tetap optimis dengan menomor satukan kualitas produknya, Citra Alam akan mampu bertahan dan menghasilkan produk yang semakin inovatif. 
sumber http://bisnisukm.com

Read More..

Kreatif dan Inovatif dengan Produk Kertas Daur Ulang

Kertas daur ulang (recycle) saat ini bukan menjadi produk yang asing lagi. Beragam produk kerajinan dan souvenir yang menggunakan kertas daur ulang sebagai bahan baku utamanya banyak ditemukan di berbagai tempat. Salah satu lokasi produksi yang sekaligus sebagai lokasi pemasaran (toko) produk-produk kertas daur ulang adalah SEBAR recycle paper. Berlokasi di Jalan Kapt. Tendean 12 Yogyakarta, berbagai produk kertas daur ulang seperti aneka souvenir pernikahan, undangan pernikahan, pigura, stopmap, box tissue, dan kertas daur ulang itu sendiri bisa kita dapatkan dengan harga terjangkau. Adalah Bapak Teguh ‘itox’ Wiyono yang sejak tahun 1999 menekuni produksi kertas daur ulang berbagai ukuran dan jenis. Berawal dari ikut pelatihan tentang daur ulang kertas yang diadakan intansi pemerintah, kini bapak berputra dua tersebut sering diundang menjadi trainer untuk pelatihan kertas daur ulang di berbagai wilayah.
Dengan dibantu empat orang tenaga produksi, SEBAR recycle paper memproduksi beragam produk kertas daur ulang dengan campuran serat alam seperti eceng gondok, pandan, dan pelepah pisang. Menurut Pak Itox, saat ini industri kertas daur ulang secara umum mengalami penurunan permintaan. “Produk-produk olahan dari kertas daur ulang kebanyakan sama dan monoton, hanya itu-itu saja, sehingga ketika kita ingin terus bisa eksis dalam usaha tersebut harus pintar dalam menciptakan inovasi produk baru,” kata Pak Itox. SEBAR recycle paper sendiri saat ini hanya memenuhi permintaan dalam setiap produksinya. Meskipun begitu, omset yang didapatkan SEBAR recycle paper setiap bulannya mencapai 15-25 juta rupiah. Proses pembuatan kertas daur ulang tidaklah sulit, hanya diperlukan alat seperti blender, screen berkasa dan tanpa kasa, ember, alat penyaring, busa, dan kain bekas. Adapun bahan-bahan yang digunakan antara lain kertas atau koran bekas, pewarna, serat alam (eceng gondok, pandan, pelepah pisang), dan pengharum. Untuk proses pembuatannya sebagai berikut: Kertas bekas disobek atau dipotong-potong kecil Kemudian direndam dalam air beberapa saat lalu diremas-remas sampai setengah hancur Kemudian kertas tersebut dihancurkan kembali dengan penambahan air menggunakan blender . perbandingan antara kertas dan air 1:1 Masukkan bubur kertas ke dalam ember yang telah diisi air bersih (tiap 250 gr bubur kertas membutuhkan 5 liter air bersih). Kebutuhan air bisa disesuaikan, tergantung dari ketebalan kertas yang diinginkan. Campuran bubur tersebut dicampur menggunakan lem kanji untuk menghasilkan kertas yang tidak mudah sobek (setiap 250 gr bubur kertas dicampur 10-15 gr lem kanji). Penambahan warna dapat dilakukan untuk menghasilkan kertas berwarna. Untuk kertas daur ulang yang bermotif bisa dilakukan dengan menambahkan serat alami. Untuk menambah keharuman kertas, maka dapat ditambahkan pengharum. Setelah adonan selesai disiapkan, masukkan semua screen ke dalam adonan. Angkat screen dan biarkan air menetes. Setelah air menetes beberapa waktu, lepaslah screen tanpa kasa dan letakkan diatas papan/meja. Hilangkan air pada kasa dengan busa. Setelah screen tidak lagi mengandung air, screen kemudian diangkat. Sediakan alas kain untuk meletakkan adonan kertas yang telah pipih. Jemur kertas dibawah sinar matahari kemudian segera disetrika hingga kering dan permukaannya halus. Harga yang ditawarkan SEBAR recycle paper cukup terjangkau untuk ukuran kreatifitas dan inovasi yang unik. Hanya dengan Rp.2.500,00-Rp.80.000,00 per produk, beragam kerajinan dan souvenir kertas daur ulang bisa kita miliki. Sementara untuk satu lembar kertas daur ulang dihargai Rp.5.000,00. Tahun 2003-2006 menjadi masa-masa kejayaan bagi SEBAR recycle paper. Dalam kurun waktu tersebut, produk kertas daur ulangnya sampai tembus ke Eropa. “Tahun tersebut kami biasa melayani orderan sampai Spanyol, Denmark, dan negara Eropa yang lainnya,” jelas Pak Itox tentang pemasaran produknya. Namun sejak terjadi gempa bumi Jogja tahun 2006, kini pasaran ekspor sudah tidak mendapatkan lagi permintaan dari luar negeri. Produksi yang sehari-hari dijalani beliau dan karyawannya hanya memenuhi permintaan dari Jogja dan sekitarnya. Meskipun begitu, dengan keteguhan dan kreatifitasnya dalam menghasilkan produk-produk unik dan menarik, beliau yakin usahanya tersebut akan kembali ke puncak jayanya. sumber http://bisnisukm.com

Read More..

Renyah dan Enaknya Manggleng ‘RENA’

Bagi Anda yang hobi ngemil pasti tidak asing lagi dengan produk camilan yang satu ini. Manggleng/ menggleng/ grosok menjadi camilan yang cocok untuk menemani waktu santai bersama keluarga. Rasanya yang gurih dan renyah menjadikan makanan berbahan baku ketela pohong tersebut banyak digemari berbagai kalangan. Hal itulah yang diakui oleh Ibu Nur Widatik (38) yang sejak tahun 1996 menekuni produksi camilan menggleng. Menurut Ibu dua orang putri tersebut, manggleng bisa menjadi menu camilan yang bisa dinikmati kapan saja dan dimana saja berada. Ditemui di rumahnya Kamis (17/3), Ibu Nur menuturkan awal mula menekuni bisnis camilan manggleng tersebut ketika masih berada di Muntilan. Waktu itu, Ibu Nur sering melihat dan menikmati manggleng buatan ibunya yang renyah dan enak. “Sering ibu membuat manggleng untuk camilan keluarga di rumah, karena rasanya yang renyah dan enak maka saya mencoba untuk belajar tentang proses pembuatannya,” kata Ibu Nur.
Berbekal resep warisan ibunya tersebut, kemudian Ibu Nur memberanikan diri untuk memproduksi dan menawarkan manggleng ke beberapa rekannya. Respon positif yang diterima Ibu Nur terhadap mangglengnya tersebut menjadi titik awal beliau untuk fokus dan menekuni usaha memproduksi manggleng. Diakui Ibu Nur, memproduksi camilan seperti manggleng sangat tergantung dari cuaca. Hal tersebut karena dalam proses pengeringannya menggunakan cahaya matahari. “Ketika cuaca panas, kami biasa memproduksi 20-25 kg, namun ketika hujan seperti akhir-akhir ini, kami hanya memproduksi 10-15 kg setiap harinya,” terang Ibu Nur ditemani salah seorang tenaga produksinya. Menggunakan nama “RENA” yang berarti renyah dan enak sebagai label produknya, Ibu yang juga membuka usaha kos-kosan tersebut saat ini mengaku kualahan dalam memenuhi permintaan konsumennya. Meskipun tidak melakukan pemasaran secara aktif, namun produk manggleng “RENA” saat ini sudah memiliki pelanggan yang rutin membeli camilan tersebut setiap harinya. “20 bungkus dibawa suami ke rekan kerjanya, sementara di rumah juga sudah antri 7 orang penjual yang rutin mengambil manggleng dari kami, dan itu rutin setiap hari,” imbuh Ibu Nur. Saat ini di rumahnya Gunungketur Yogyakarta, Ibu Nur dibantu seorang tenaga produksinya mulai memproduksi manggleng dari pagi sampai sore hari. Ketela pohong sebagai bahan bakunya beliau beli dari Pasar Ketela Karangkajen setiap 2 hari sekali sebanyak 50 kg. Proses produksinya, ketela pohong tersebut awal mulanya dikupas lalu dikukus. Ketela yang sudah dikukus kemudian diiris manual dengan pisau tipis-tipis. Setelah itu dilakukan penjemuran, baru dilakukan penggorengan. Bumbu yang digunakan juga sederhana, berupa bawang dan garam. Dari hasil penggorengan itu, manggleng-manggleng kemudian dikemas dengan menggunakan plastik ukuran ¼ kg sampai 3 kg. Dengan harga jual Rp.5.000,00 per ¼ kg, Ibu Nur mengaku bisa meraih omzet per bulannya sebesar Rp.2.500.000,00. Dan untuk kedepannya, beliau berharap bisa meningkatkan kapasitas produksinya agar mampu memenuhi permintaan produk mangglengnya yang makin meningkat. Dan ternyata, untuk bisa sukses kita tidak perlu menghasilkan produk yang muluk-muluk, terbukti dengan produk sederhana seperti manggleng, Ibu Nur bisa bertahan dan tetap eksis sampai saat ini. sumber http://bisnisukm.com

Read More..

Sukses Menjalankan Bisnis Kulit dan Natural Handicraft

Memadukan produksi kerajinan dari bahan baku kulit dengan bahan baku lain seperti serat alam pandan, mendong, enceng gondok, agel dan lidi ternyata bisa menghasilkan keuntungan yang luar biasa. Dengan bahan baku yang beragam tersebut, maka produk yang dihasilkan juga memiliki variasi yang beragam pula. Hal itulah yang sejak tahun 1971 ditekuni oleh Ibu Siti Galwati (57), seorang pengusaha sukses di bidang kerajinan yang berasal dari Manding Bantul Yogyakarta. Mengusung SEAGA sebagai nama usahanya, produk-produk yang dihasilkan kini tersebar hingga ke beberapa negara seperti Amerika, Australia, Selandia Baru, Meksiko, Spanyol, Perancis, Oman, Belanda, Inggris, Singapura, Thailand, dan beberapa negara lainnya.
Ditemui di rumahnya Selasa (15/3), Ibu Siti mengungkapkan jika pada awalnya beliau menggeluti usaha dibidang modiste dan kulit. Terlebih di daerah Manding selama ini sudah dikenal sebagai sentra kerajinan kulit yang sudah tersohor hingga ke mancanegara. Namun, dalam menjalankan usahanya tersebut, banyak jalan berliku yang harus dilalui Ibu dua orang putri tersebut. “Sekitar tahun 80’an usaha kulit sempat vacum karena mahalnya bahan baku, kemudian saya menekuni usaha modiste hingga tahun 1993,” kata Ibu Siti. Dan dua tahun setelah menghentikan usaha modistenya, usaha kulit Manding ternyata bangkit lagi. Sehingga tahun 1995 tersebut menjadi titik balik bagi Ibu Siti membangun bisnisnya kembali. Dengan dibantu manajemen yang lebih solid, usaha yang sebelumnya berkonsentrasi pada kerajinan kulit mulai melakukan diversifikasi dan diferensiasi produk dengan mengembangkan produk-produk baru dari bahan alami seperti: bagor, eceng gondok, pandan, mendong, seagrass, agel, bungkus chiki, rotan, bambu, batu, serat goni, pelepah pisang, dan masih banyak lagi. Pada tahun 1996, usaha yang kemudian diberi nama SEAGA tersebut sudah memiliki lebih 150 jenis produk kerajinan dari bahan dan jenis yang bervariasi. Proses pemasaran yang pada mulanya hanya skala lokal kemudian dialihkan lebih luas, yaitu dengan bekerjasama dengan para trader lokal, nasional, dan internasional untuk membantu proses pemasarannya. Seiring dengan perkembangan usaha yang semakin pesat, SEAGA juga berkali-kali berhasil memenangkan berbagai penghargaan di tingkat lokal dan nasional. Beberapa penghargaan yang pernah didapatkan antara lain: juara lomba manajemen tingkat nasional tahun 2000 dan masuk 50 besar sebagai urutan ke-14 dengan kategori UKM yang terbaik dalam hal inovasi, pemasaran, produksi dari Enterprise 50. “Kami juga pernah memperoleh penghargaan karena menjadi supplier dengan item produk terbanyak pada tahun 2002,” tambah Ibu Siti tentang prestasinya. Dengan permintaan produk yang semakin meninggi, kebutuhan akan tenaga kerja juga menjadi hal yang penting bagi SEAGA. Penambahan tenaga produksi dilakukan bertahap sesuai dengan kebutuhannya. Sampai pada tahun 2001, SEAGA pernah memiliki tenaga kerja hingga 445 orang. Dengan banyaknya tenaga kerja tersebut, SEAGA kemudian mendirikan anak perusahaan yang mengurusi masing-masing bidang, yaitu Hamparan Seaga yang menangani eceng gondok, pandan, mending, agel, dan seagrass; serta anak perusahaan yang satunya menangani pemotongan karton. Kedua anak perusahaan tersebut kini dipegang oleh putri-putri dari Ibu Siti. Kesuksesan yang diperoleh Ibu Siti juga bisa dilihat dari omset yang diperoleh perusahaannya. Menurut Ibu Siti, rata-rata omset yang diperoleh per tahunnya sebesar 1,2 milyar. Dengan omset sebesar itu, saat ini SEAGA mulai mengembangkan sayap pemasaran hingga ke Kalimantan. “Selain workshop yang ada di Manding dan Pasar Seni Gabusan, kini kami mencoba memasarkan produk kami di salah satu mall di Kalimantan,” imbuh Ibu Siti. Meskipun pernah mengalami kerugian besar ketika terjadi musibah gempa bumi Bantul tahun 2006, namun dengan optimisme tinggi dan tidak mau terpuruk terlalu lama, SEAGA mampu bangkit hanya dua bulan pasca gempa. Dan di tahun 2011 ini, aneka produk yang diproduksi SEAGA antara lain tempat tissue, megazine holder, tempat korek, frame/ pigura, tempat pakaian kotor, sandal, bunga, bandul, dompet, tas, sepatu, lilin, tempat pensil, karpet, bantal, round container, tikar, alas Makan, box, tempat coklat dan lain-lain. Di akhir wawancaranya dengan tim bisnisUKM, Ibu Siti berharap untuk terus bisa berinovasi dan berkreasi di usianya yang sudah tidak muda lagi. Dan saat ini, Ibu yang sudah memiliki 4 orang cucu itu sangat yakin bahwa putra-putrinya mampu melanjutkan bisnis kerajinan yang sudah dirintisnya puluhan tahun yang lalu.
sumber http://bisnisukm.com

Read More..

Menekuni Produksi Piring Kertas dan Boneka Flannel

Ketika Anda sering menghadiri pesta maupun hajatan pernikahan, pastinya tidak asing lagi dengan benda yang satu ini. Piring kertas atau orang lebih sering menyebutnya piringan kertas menjadi benda yang sering digunakan untuk alas menu makanan dan buah-buahan. Dan tahukah Anda, bahwa memproduksi piring kertas tersebut ternyata bisa menjadi peluang usaha yang menjanjikan. Hal itulah yang sejak tahun 1995 ditekuni oleh Nur Hidayat (42), bapak berputra empat ini memproduksi piring kertas di rumahnya Klitern Lor GK3/ 298 RT.16 RW.04 Gondokusuman Yogyakarta. Ditemui di rumahnya Sabtu (12/3), pria asli Semarang ini berujar bahwa kemampuan yang dia miliki sebagai pembuat piring kertas didapatnya ketika masih tinggal di kampung halaman. “Saat itu di kampung saya mayoritas penduduknya sebagai pembuat piring kertas, dan dari situlah saya mulai belajar secara otodidak tentang bagaimana prosesnya,” kata Nur Hidayat yang ditemani seluruh anggota keluarganya.
Dari hasil belajarnya itu, kemudian Nur Hidayat mengembangkan usaha pembuatan piring kertas secara sederhana. Dengan mengusung nama Ria Collection, kini Nur Hidayat menjadikan bisnis piring kertas tersebut menjadi produksi pokok keluarganya. Pada proses produksinya, bahan baku yang digunakan juga sederhana, yaitu menggunakan kertas manila yang mudah didapatkan di toko-toko kertas. Kertas manila yang berupa lembaran-lembaran tersebut dipotong sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. “Kami biasanya kulakan kertas dalam jumlah yang banyak, sekalian dipotongkan sesuai dengan ukuran piring kertas, sehingga tinggal proses finishingnya yang kami kerjakan sendiri,” penjelasan Nur Hidayat tentang proses produksinya. Potongan-potongan kertas itulah kemudian dipress dengan menggunakan mesin press yang dibuat sendiri oleh Nur Hidayat. Dari hasil rutin produksi, Nur Hidayat mengaku bisa menghasilkan 200 pack piring kertas setiap harinya (per pack berisi 50 buah). Saat ini Ria Collection memproduksi tiga jenis piring kertas, yaitu piring kertas kotak berwarna, piring kertas panjang berwarna, dan piring kertas kotak putih. Harga yang diwarkan juga sangat terjangkau, yaitu Rp.1.250,00 sampai dengan Rp.2.000,00 per pack. Nur Hidayat mengaku bahwa produk piring kertasnya sudah dipasarkan melalui agen reseller yang sudah 5 tahun menjalin kerjasama dengannya. Setiap 3 hari sekali, Nur Hidayat menyetor 1.000 pack kepada agennya tersebut. Dari permintaan rutin tersebut, saat ini Nur Hidayat harus mempekerjakan seorang tenaga produksi untuk membantu proses produksinya. Tidak jarang ketika permintaan banyak, dia dan istrinya harus rela lembur untuk memenuhi permintaan itu. “Permintaan saat ini stabil, namun ada kalanya juga sepi order, terutama ketika Bulan Ramadhan dan Bulan Syuro,” imbuh Nur Hidayat yang juga menjabat ketua RT di wilayahnya. Untuk menyikapi persaingan yang ketat dan harga bahan baku kertas yang tidak stabil, Nur Hidayat mengaku harus pintar-pintar dalam berinovasi menciptakan produk. Sehingga, selain memproduksi rutin piring kertas, kini beliau juga rutin memproduksi kerajinan dari kain flannel. Produksi kerajinan dari kain flannel tersebut sudah dijalaninya selama 10 tahun. Dibantu istri dan 3 orang tetangganya, Nur Hidayat fokus dalam membuat kerajinan kain flannel terutama boneka flannel. Boneka dari tokoh-tokoh kartun dan binatang yang lucu menjadi ide kreatif tersendiri baginya dan keluarga. Bahkan Nur Hidayat mengaku, saat ini produk boneka yang bisa diberi nama pembelinya masih sangat jarang ditemui. Sehingga, selain piring kertas tadi, boneka flannel itu juga menjadi produk andalan yang dipasarkannya melalui event Sunday Morning di kampus UGM Yogyakarta. Dengan dua produk andalannya itu, Nur Hidayat mengaku tidak terbebani dalam hal produksinya. Terlebih, untuk produksi boneka flannelnya, beliau juga dibantu oleh tetangganya sebagai tenaga jahit. Dalam sehari, 50 boneka flannel beragam jenis mampu diproduksi Ria Collection. “Pemasaran produk boneka flannel selain di Sunday Morning UGM juga kami lakukan di pameran-pameran dan lapak kami di Jalan Solo setiap malam hari,” jelas Nur Hidayat. Di akhir wawancaranya, Nur Hidayat berharap dalam waktu dekat bisa memiliki toko permanen yang bisa dia jadikan lokasi pemasarannya. Meskipun terkendala modal, namun dengan niat dan ketekunan yang beliau miliki, harapan besarnya tersebut bisa segera terwujud. Sumber http://bisnisukm.com

Read More..

Bertahan Dengan Kue Tradisional Kipo

Menekuni usaha resep tradisi keluarga menjadi hal yang membanggakan bagi Ibu Surepti (43) dan keluarganya. Berawal dari pengalaman membantu pembuatan kue kipo milik saudaranya, kini Ibu Surepti mampu merintis usahanya sendiri. Tahun 1995 menjadi awal Ibu Surepti memutuskan untuk merintis usaha sendiri sebagai pembuat kue tradisional kipo yang dikenal sebagai makanan khas kotagede Yogyakarta. Bersama dengan suaminya, usaha pembuatan kipo tersebut menjadi mata pencaharian pokok bagi ibu berputra tiga tersebut. Kipo sendiri merupakan makanan berbahan baku tepung beras ketan, gula merah, parutan kelapa, dan daun katu sebagai pewarnanya. Menurut Ibu Surepti, kipo sudah ada sejak jaman nenek moyang dahulu. “Dinamai kipo konon karena dahulu kue ini belum ada namanya, sehingga banyak orang bilang iki opo? (ini apa?), kemudian lahirlah nama kipo yang berasal dari kata iki opo tadi,” kata Ibu Surepti ketika ditemui di rumahnya Bodon Jagalan Banguntapan Bantul (8/3). Proses pembuatan kue kipo sendiri termasuk mudah, namun butuh ketelatenan dalam takaran bahan yang digunakan. Tiap sekali produksi, Ibu Surepti menggunakan parutan kelapa 5 kg, gula jawa 3 kg, dan tepung beras ketan 5 kg. Bahan dengan tekaran tersebut akan menghasilkan 500 buah kue kipo. Untuk proses pembuatannya, gula jawa yang dijadikan isian dilarutkan terlebih dahulu dengan direbus. Kemudian dicampur parutan kelapa dengan digoreng. Adonan tepung beras ketan yang telah diberi pewarna alami daun katu kemudian dipipihkan sesuai dengan ukuran standarnya. Gula jawa yang telah dicampur parutan kelapa tadi kemudian dimasukkan dalam tepung ketan yang sudah dipipihkan. Setelah itu digulung, lalu dibakar di atas penggangan beralasakan seng dan daun pisang. Menurut Ibu Surepti, saat ini beliau dibantu oleh suaminya rutin memproduksi kue kipo setiap hari. Kue kipo tersebut kemudian dipasarkannya melalui sistem ‘titip jual’ di pedagang makanan yang ada di Pasar Kotagede dan perempatan Tamansari Yogyakarta. “Untuk pasar kotagede, kami nitipnya tiap pagi dan sore hari, dengan rata-rata 150-200 buah kipo sekali nitip,” imbuh Ibu Surepti tentang pemasarannya. Saat ini, dengan jumlah produksi rata-rata per hari 250-400 buah kipo, Ibu Surepti dan suaminya mengaku sudah kualahan. Sehingga, ketika ada pesanan dengan jumlah besar, biasanya beliau ‘membagi’ dengan pembuat kipo lain yang juga masih kerabatnya. “Biasanya untuk pesanan berasal dari hajatan pernikahan atau rapat-rapat instansi pemerintah,” tambah Ibu Surepti. Harga satu bungkus kipo tersebut adalah Rp.1.000,00 yang berisi 5 buah kipo. Harga tersebut juga disesuaikan dengan harga bahan baku yang berubah-ubah dan mengalami peningkatan. Dalam sehari, Ibu Surepti mengaku bisa memperoleh omset penjualan Rp.400.000,00. Namun, ketika ada moment seperti bulan ramadhan dan liburan sekolah, omzet yang diperoleh bisa lebih besar lagi. Dengan kue kiponya tersebut, Ibu Surepti sering juga diundang dalam pameran-pameran yang diadakan dinas terkait di wilayah Jogja dan Bantul. Bahkan beliau juga pernah mengikuti Gelar Potensi Industri Kreatif Produk UMKM Jogja di Taman Pintar. Ibu Surepti mengaku bangga, dengan berbekal kue kipo tersebut, selain bisa melestarikan makanan tradisional, beliau juga bisa menyekolahkan putra-putrinya hingga ke jenjang tinggi.
Sumber http://bisnisukm.com

Read More..

Rabu, 30 Maret 2011

Kriiukk…Kriiukk…Keripik Singkong Rasa Gadung

Keripik singkong atau ketela sangat banyak disukai oleh semua kalangan, baik tua maupun muda, kalangan bawah ataupun kalangan atas, sebagai makanan cemilan. Biasanya keripik singkong atau ketela ini merupakan makanan yang disajikan untuk tamu ataupun sebagai teman untuk ngobrol – ngobrol. Dari pangsa pasar yang sebesar ini, sehingga pembuat keripik singkong di Indonesia sangat banyak bermunculan, selain itu juga karena proses pembuatan kripik singkong pun bisa dilakukan dengan cara tradisional sekalipun. Keripik singkong dengan beragam aneka rasa juga sangat bermunculan, mulai dari rasa gurih, manis, asem, pedas, hingga rasa lainnya. Dibandingkan dengan kripik tales, memang kripik singkong lebih banyak disukai. Karena kripik tales harganya agak lebih mahal, namun keripik tales memiliki rasa yang lebih gurih dan renyah dibanding keripik singkong. Di daerah Sidomukti Jenawi Kab. Karanganyar Jawa Tengah, terdapat produksi keripik singkong namun memiliki rasa gadung ( gadung : sejenis umbi rasanya mirip dengan tales ). Gadung sejenis umbi yang memiliki banyak getahnya. Jika dimakan namun masih terdapat getahnya, maka akan bisa mengakibatkan rasa pusing gatal di lidah. Jika dibuatkan keripik, proses pembersihan gadung lebih terasa sulit dengan melakukan pembersihan getah secara berulang – ulang. Rasa gadung sebenarnya mirip dengan tales yang sudah dikenal oleh masyarakat. Jika anda sudah pernah merasakan keripik tales, mungkin rasa ini sudah tidak asing lagi. Karena lebih gurih namun tidak membuat pahit atau sepet jika dimakan terus menerus. Berbeda dengan keripik singkong, jika kita makan dalam waktu lama, dimulut akan terasa panas, atau bahkan ada yang terasa pahit atau sepet. Proses pembuatan kriiukk…kriiukk…kripik singkong rasa gadung ini sebenarnya mirip dengan proses pembuatan keripik singkong pada umumnya, namun disini singkong atau ketela melalui proses yang agak lebih lama dalam masa perendaman dan direbus. Sehingga rasa dari ketela ini akan hilang sendirinya, dan timbul rasa seperti gadung. Ibu Warti yang juga sebagai produsen ketela rasa gadung ini, memberikan beberapa langkah untuk membuat kripik singkong rasa gadung ini. Berikut proses pembuatan kripik singkong rasa gadung : 1. Ketela atau singkong atau ubi kayu yang sudah diambil, dibersihkan terlebih dahulu, dan dikupas kulitnya. 2. Setelah itu, ketela ini dirajang dengan mesin perajang, sehingga berbentuk bulat, tipis . 3. Setelah perajangan, ketela tersebut direbus selama beberapa jam ( 1-2 jam ) 4. Kemudian dilakukan perendaman dengan air. 5. Pada proses perendaman ini dilakukan pencampuran bumbu – bumbu sesuai dengan rasa yang diinginkan, bumbu tersebut seperti : garam, bawang, dll. 6. Setelah itu, ketela kembali dikukus atau di uapkan dengan waktu secukupnya. Hingga terlihat warna agak kekuning – kuningan. 7. Setelah proses penguapan selesai, baru dilakukan penggorengan. Rasa ketela akan hilang selama proses perendaman dan perebusan secara berulang – ulang tersebut. Dengan demikian rasa gadung yang hampir tidak memiliki rasa, dapat dimunculkan pada ketela ini. Resep ini dapat Anda jadikan sebagai peluang bisnis yang menjanjikan bagi Anda. Sumber http://bisnisukm.com

Read More..

Bisnis Pulsa Elektrik Menjadi Usaha yang Menarik

Butuh pulsa…..?????? Ya, hampir semua orang kini butuh pulsa. Alat komunikasi yang mereka gunakan setiap hari membutuhkan asupan makanan yang biasa disebut pulsa, untuk melancarkan komunikasi yang mereka butuhkan. Menjamurnya bisnis pulsa yang dapat ditemukan dimana saja baik di pinggir jalan hingga di pusat keramaian, menunjukan bahwa pulsa dibutuhkan masyarakat kapan saja dan dimana saja. Besarnya permintaan masyarakat akan pulsa memberikan satu celah bagi para pencari usaha untuk memperoleh keuntungan dari peluang usaha tersebut. Saat ini peluang bisnis pulsa memiliki berbagai pilihan sistem, dari cara yang murah dan mudah hingga cara yang membutuhkan modal cukup besar pun dapat dijalankan. Salah satu peluang usaha pulsa yang murah dan mudah dijalankan adalah binis pulsa elektrik. Bisnis pulsa elektrik dapat dilakukan dengan menggunakan satu chip atau nomor ( GSM atau CDMA ), itu artinya hanya dengan satu handphone sudah dapat digunakan untuk bertransaksi jualan pulsa ke semua operator. Selain kemudahan tersebut, pendaftaran untuk menjadi agen pulsa elektrik juga cukup mudah. Hanya dengan menyetorkan deposit awal dengan minimal Rp 50.000,00 kita sudah dapat berjualan pulsa elektrik. Serta tidak ada biaya tertentu sebagai pendaftaran awal, sehingga siapa saja dapat memulai bisnis ini tanpa menunggu modal besar yang mereka miliki. Ketatnya persaingan bisnis pulsa yang ada, membuat para agen pulsa elektrik juga mengembangkan usaha yang mereka jalankan. Selain pelayanan transaksi melalui sms mereka juga memberikan pelayanan kemudahan transaksi melalui yahoo messenger, sehingga transaksi jadi bisa lebih cepat dan lebih murah dari sms. Serta complain yang ada juga dapat ditanggapi dengan cepat dan tepat. Kemudahan yang ada membuat bisnis pulsa elektrik menjadi usaha yang menarik. Bagi Anda yang berminat dengan bisnis pulsa elektrik, berikut kami berikan beberapa tips untuk memulai usaha tersebut. Tetapkan dana yang akan Anda depositkan ( biasanya minimal Rp 50.000,00 ) Setelah itu mintalah nomor rekening bank yang digunakan untuk menyetorkan deposit Anda Jika ingin mentransver dana, kami sarankan setelah Anda mendapatkan PIN kode untuk melakukan transaksi. Untuk menghindari resiko yang tidak diinginkan. Setelah mendapatkan konfirmasi penerimaan pendaftaran, Anda sudah dapat melakukan transaksi penjualan pulsa elektrik Sumber http://bisnisukm.com

Read More..